Rabu, 28 Maret 2012

Colour Blindness


Buta warna (color blindness) adalah penyakit keturunan yang disebabkan oleh gen resesif c (asal dari perkataan inggris “colr blin”) (Suryo, 2005). Buta warna merupakan kelainan genetik/bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Kelainan ini sering juga disebut sex linked (pautan sex), karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna laki-laki dan wanita, seorang wanita terdapat istilah ‘pembawa sifat’ (carier). Hal ini menunjukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal umumnya. Namun, bila kedua kromosom X mengandung buta warna, maka wanita ttersebut menderita buta warna (Wikipedia, 2008). Tidak heran jika pada kasus dalam skenario tersebut terjadi buta warna pada seorang anaknya dimana saudara-saudara dan kedua orang tuanya tidak mengalami hal yang sama. Hal tersebut diperjelas dengan kakek dari anak tersebut juga mengalami buta warna. Hal ini menunjukkan bahwa memang ada keturunan atau pembawa sifat buta warna dalam keluarga tersebut.

Buta warna merupakan suatu kelainann yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spectrum warna akibat faktor genetis (Wikipedia, 2008). Buta warna sendiri dapat dikllasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu trikromasi, dikromasi, dan monokromasi. Buta warna jenis trikromasi adalah perubahan sensifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut.Jenis buta inilah yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya. Ada tiga macam trikomasi, yaitu protanomali, yang merupakan kelemahan warna merah, deuteromali, yaitu kelemahan warna hijau, dan tritanomali, yaitu kelemahan warna biru. Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari tiga jenis sel kerucut (Wikipedia, 2008). Dikromasi juga tiga jenis, terdiri dari protanopia, yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah perpaduannya berkurang, deuteranopia, yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap hijau (Guyton dan Hall, 2007), dan tritanopia untuk warna biru. Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikit warna pada jenis atypical (Wikipedia, 2008). Jenis ini sering disebut dengna buta warna total.

DNA yang terdapat didalam kromosom menghantarkan kode genetik yang mempunyai arti sendiri untuk setiap asam amino. DNA selalu melakukan regulasi yang terdiri dari replikasi, transkripsi, dan translasi. Namun, dalam prosesnya, terkadang tidak berjalan lancar, yang berakibat terjadinya kesalahan pada kromosom. Kesalahan kromosom pada buta warna bisa disebabkan oleh mutasi. Untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi pada DNA yang mempengaruhi kelainan pada kromosom, DNA akan mengadakan perbaikan yang disebut dengnan DNA repair system. Namun, jika perbaikan tersebut gagl bisa berakibat pada mutasi.

Buta warna dapat di tes dengan tes ishihara, dimana lingkaran-lingkaran berwarna yang beberapa diantaranya dirancang agar ada tulisan tertentu yang hanya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna (Wikipedia, 2008). Tes buta warna (ishihara tes) adalah suatu tes untuk menentukan buta warna pada pasien yang menggunakan gambar-gambar berbentuk lingkaran-lingkaran berwarna dimana kombinasi warna pada lingkaran tersebut dapat membentuk suatu angka / huruf.
Sebenarnya buta warna tidak hanya disebabkan oleh faktor endogen saja, seperti hereditas, namun juga bisa dipengaruhi oleh faktor eksogen, seperti terkena sinar radiasi. Buta warna memang tidak ada obatnya, namun hal ini bisa dicegah dengan euteniks (perbaikan sosial melalui pengubahan lingkungan) dan eugenetika (perbaikan sosial melalui penggunaan prinsip-prinsip hereditas) (Anonim, 2008). Meskipun belum ada obatnya, di Amerika telah dilakukan suatu penelitian dan menghasilkan teknologi yang canggih untuk membantu penderita buta warna, yaitu dengna memasang sebuah chip yang disebut complementary metal oxide semiconductore (CMOS) dan teknik bipolar CMOS. Chip ini dipasang pada retina untuk menggantikan fungsi sel kerucut tersebut dalam menangkap warna (Molecular Expressions, 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar